Gagal Ginjal Kronis



STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS
MAKALAH
disusun untuk memenuhu salah satu tugas Manajemen
Dosen pengampu Eny Kusmiran, S.Kp.,M.Kes



Oleh :
Nurul Apriani Hasanah (1112017)







Description: PH01035UDescription: PH01035UDescription: PH01035US1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
2014


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................
1.1  Definisi............................................................................................................. 1
1.2  Etiologi............................................................................................................ 1
1.3  Manifestasi Klinis.............................................................................................. 1
1.4  Patofisiologi..................................................................................................... 3
1.5  Cara Mendiagnosis........................................................................................... 5
1.6  Pengobatan...................................................................................................... 6
BAB II STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
2.1  Pengkajian........................................................................................................ 7
2.2  Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 10
2.3  Potensial Komplikasi (masalah kolaborasi)........................................................ 12
2.4  Perencanaan Keperawatan NIC NOC.................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKAS












BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Definisi
Gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal mengekspresikan metabolit pada kadar normal plasma dalam keadaan pembebanan normal, atau ketidakmampuan mempertahankan elektrolit bila asupan normal, pada bentuk akut ditandai oleh uremia dan biasanya dengan oliguria, disertai hiperkalemia dan edema pilmoner (Kamus Saku Kedokteran Dorland, hal 417).
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan funsgi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan elektrolik yang menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (KMB volume II, hal 1448).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerator kurang dari 50ml/menit. (Suyono RF, hal 21 2001).
(Buku Asuhan Keperawatan Medical Bedah dan Penyakit Dalam, hal 30)

1.2  Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness). Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis, yaitu (Robinson, 2013) :
1.     Penyakit glomerular kronis (glomerulonefritis)
2.     Infeksi kronis ( pyelonefritis kronis, tuberculosis)
3.     Kelainan congenital ( polikistik ginjal)
4.     Penyakit vaskuler ( renal nephrosclerosis)
5.     Obstruksi saluran kemih ( nephrolithisis)
6.     Penyakit kolagen ( Systemic Lupus Erythematosus)
7.     Obat- obatan nefrotoksik ( aminoglikosida)
(Buku Asuhan Keperawatan Medical Bedah dan Penyakit Dalam, hal 30)


1.3  Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction), sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Brikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal kronis (Robinson, 2013; Judith, 2006):
1.     Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi mka timbul hipotensi, mulut kering, penurunan turgor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang hebta. Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidad terkompensasi akan mengakibtkan asidosis metabolic. Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi.
2.     Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremis percaditis, effuse pericardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema perifer.
3.     Respiratory System
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura,  friction rub dan efusi pleura, cracles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak nafas.
4.     Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya infalamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal, lesi pada usus halus/ usus besar, colitis, dan pancreatitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea dan vomiting.
5.     Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp. Selain itu, biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae dan timbunan urea pada kulit.
6.     Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma dan kejang. Dari hasil pemeriksaan EEG menunjukkan adanya perubahan metabolic encephalophaty.
7.     Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosteron dan kerusakan metabolism karbohidrat.
8.     Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia (dampak dari dialysis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada system hematologi ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis dan petechiae).
9.     Musculoskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis dan kalsifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard)
(Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan, hal 198)

1.4  Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastic yang berasal dari nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR (Glomerular Filtration Rate). Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala azotemia sedang, poliuri, nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi anemia. Selain itu selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu. Pada hakikatnya tanda dan gejala gagal ginjal kronis hamper sama dengan gagal ginjal akut, namun awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari gagal ginjal kronis membawa dampak yang sistemik terhadap seluruh system tubuh dan sering mengakibatkan komplikasi (Madara, 2008).
(Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan, hal 199-200)

































 

























1.5  Cara Mendiagnosis
1.     Urine
-       Volume
-       Warna
-       Sendimen
-       Berat jenis
-       Kreatinin
-       Protein
2.     Darah
-       BUN/ kreatinin
-       Hitung darah lengkap
-       Sel darah merah
-       Natrium serum
-       Kalium
-       Magnesium fosfat
-       Osmolaritas serum
3.     Pielografi intravena
-       Menunjukkan abnormalitas pelvis gijal dan ureter
-       Pielografi dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi refersibel
-       Arteriogram ginjal
-       Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler massa
4.     Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalaman, ureter, retensi
5.     Ultrasono ginjal
Menunjukkan kandung kemih dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran kemih bagian atas
6.     Biopsy ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel jaringan untuk diagnosis histology
7.     Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal : keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor efektif
8.     EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan eletrolit dan asam basa, aritmia, hipertopi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis
(Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan, hal 201)


1.6  Pengobatan
1.     Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. Biasakan diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan pencatatan keseimbangan cairan.
2.     Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebih dari kalium dan garam.
3.     Kontrol hipertensi
Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi dicegah dengan mengontrol volume intravaskuler dan obat-obatan antihipertensi.
4.     Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemiam dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000mg) pada setiap makan.
5.     Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasie uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan ditaerapi lebih ketat.
6.     Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.
7.     Persiapkan dilaisis dan program transplantasi
Setelah dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau terjadi komplikasi.
(Buku Asuhan Keperawatan Medical Bedah dan Penyakit Dalam, hal 35-36)

                  











BAB II
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1  Pengkajian
a.     Biodata
1). Identitas Klien
2). Identitas Penanggung Jawab
b.    Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
c.     Riwayat Kesehatan sekarang
d.    Riwayat Kesehatan Dahulu
e.     Riwayat Kesehatan Keluarga
f.     Genogram
g.    Riwayat Kesehatan Lingkungan
h.     Focus Pengkajian
Ø  Aktifitas/ istirahat
Gejala :
-       Kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
-       Gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen)
Tanda :
-       Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
Ø  Sirkulasi
Gejala :
-       Riwayat hipertensi lama atau berat
-       Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda :
-       Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan
-       Disritmia jantung
-       Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
-       Friction rub pericardia
-       Pucat pada kulit
-       Kecenderungan perdarahan
Ø  Integritas ego
Gejala :
-       Factor stress contoh financial, hubungan dengan orang lain
-       Perasaan tak berdaya, tak ada harapan tak ada kekakuan
Tanda :
-       Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
Ø  Eliminasi
Gejala :
-       Penurunan frekuensi urine, oliguriaa, anuria ( gagal taha lanjut)
-       Abdomen kembung, diare atau konstipasi
Tanda :
-       Perubahan warna urine contoh kuning oekat, merah, coklat berawan
-       Oliguria dapat menjadi anuri
Ø  Makanan/ cairAN
Gejala :
-       Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
-       Anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan ammonia)
Tanda :
-       Distensi abdomen/ ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
-       Perubahan turgor kulit/ kelembaban
-       Edema ( umum, tergantung)
-       Ulserasi gusi, perdarahan gusi/ lidah
Ø  Neurosensori
Gejala :
-       Sakit kepala, penglihatan kabur
-       Kram otot/ kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki
-       Kebas/ kesemutan dan kelemahan khususnyabekstrimitas bawah (neuropati perifer)
Tanda :
-       Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma
-       Kejang, fasikulasi otit, aktivitas kejang
Ø  Nyeri/ kenyamanan
Gejala :
-       Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki
Tanda :
-       Perilaku berhati-hati, distraksi, gelisah
Ø  Pernafasan
Gejala :
-       Nafas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan/ tanpa sputum
Tanda :
-       Takipnea, dispnea, pernafasan kusmaul
-       Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
Ø  Keamanan
Gejala :
-       Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda :
-       Pruritus
-       Demam (sepsis, dehidrasi)
Ø  Seksualitas
Gejala :
-       Penurunan libido, amenorea, infertilitas
Ø  Interaksi sosia;
Gejala :
-       Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
Ø  Penyuluhan
-       Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria
-       Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun, lingkungan
-       Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/ berulang.
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626-628)

2.2  Diagnosa Keperawatan
Diagnose 1
Diagnose Keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk mmenuhui kebutuhan metabolic
Batasan Karakteristik
-       Kram abdomen
-       Menghindari makanan
-       Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal atau penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
-       Kerapuhan kapiler
-       Diare
-       Kehilangan rambut berkebihan
-       Bising usus hiperaktif
-       Kuran makanan dan kurang informasi
-       Kurang minat terhadap makanan
-       Membrane mukosa pucat
-       Ketidakmampuan memakan makanan
-       Tonus otot menurun
-       Mengeluh gangguan sensasi ras
-       Sariawan rongga mulut
-       Steatore
-       Kelemahan otot pemgunyah dan otot untuk menelan
Factor yang berhubungan
-       Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
-       Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
-       Ketidakmampuan menelan makanan
-       Faktor psikologis
(Buku Diagnosis keperawatan 2012-2014, hal  251)





Diagnose 2
Diagnose Keperawatan
Intoleransi aktivitas
Definisi
Ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan
Batasan Karakteristik
-       Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
-       Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
-       Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas
-       Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
Factor yang berhubungan
-       Tirah baring dan imobilitas
-       Kelemahan umum
-       Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
-       Gaya hidup monoton
(Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, hal 24)



Diagnose 3
Diagnose Keperawatan
Defesiensi pengetahuan
Definisi
Ketiadaan atau defesiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu
Batasan Karakteristik
-       Perilaku hiperboal
-       Ketidakakuratan mengikuti perintah
-       Ketidakakuratan melakukan tes
-       Perilaku tidak tepat ( misalnya : hysteria, bermusuhan, agitasi dan apatis)
Faktor yang berhubungan
-       Keterbatasan kognitif
-       Salah interprestasi informasi
-       Kurang pajanan
-       Kurang dapat mengingat
-       Tidak familier dengan sumber informasi
(Buku Diagnosis keperawatan 2012-2014, hal  362)         

2.3  Potensial Komplikasi (Masalah Kolaboratif)
PK gagal ginjal kronis : Anemia, gagal jantung kongestif, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, kelebihan cairan, hiperparatiroidisme, infeksi, keracunan obat, asidosis metabolic, perdarahan gastrointestinal, perikarditis, tamponade jantung, efusi pleura, edema paru, uremia.
Diagnosis Keperawatan
Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakseimbangan Faktor yang berhubungan : Kehilangan nafsu makan, Mual atau muntah, pembatasan diet, stomatitis, kehilangan rasa atau kemampuan menghidup sekunder akibat perubahan saraf cranial
Intoleransi aktivitas Faktor yang berhubungan : Kelemahan atau Keletihan sekunder akibat anemia, ketidakadekuatan oksigenasi sekunder akibat komplikasi jantung atau paru.
Penatalaksanaan proram terapeutik, ketidakefektifan Factor yang berhubungan : Defisiensi pengetahuan (misalnya yang berhubungan dengan penyakit, pembatasan diet, pengobatan, tanda dan gejala komplikasi, sumber komunitas), kompleksitas program, Konfusi akut/kronis dan Kerusakan memori sekunder akibat proses penyakit.
      (Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, hal 993)





2.4  Perencanaan Keperawatan NIC NOC
Diagnose 1
Perencanaan
Outcome
Rencana Tindakan
(NOC)

Kriteria :
·         Mempertahankan berat badan kg atau bertambah kg pada (sebutkan tanggalnya)
·         Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
·         Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
·         Menoleransi diet yang di anjurkan
·         Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
·         Memiliki nilai laboratorium (misalnya, transferin, abumin, dan elektrolit) dalam batasan normal
·         Melaporkan energi yang adekuat


(NIC)
Sub kegiatan

·   Ketahui makanan kesukaan pasien tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
·   Pantauan  kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
·   Timbang pasien pada interval yang tepat
·   Ajarkan metode untuk perencaan makan
·   Ajarkan pasien atau keluarga tentang makan yang bergizi dan tidak mahal
·   Menejemen nutrisi (NIC) : Berikan informasi yang tepat untuk kebutuhan untuk nutrisi dan bagaimana memenuhuinya

(Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, hal 503-509)

Diagnose 2
Perencanaan
Outcome
Rencana Tindakan
(NOC)
Kriteria :
·         Mengindentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleran aktifitas
·         Berpartisipasi dalam aktifitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal
·         Pada(tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)
·         Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat, dan/atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
·         Menampilkan aktivitas terhadap sehari-hari (AKSI) dengan beberapa bantuan (misalnya,eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kemar mandi)
·         Menampilkan manajemen pemeliharaan rumah dengan beberapa rumah dengan beberapa bantuan (misalnya membutuhkan bantuan untuk kebersihkan setiap minggu).



(NIC)
Sub kegiatan
·         Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
·         Kaji respons emosi, sosial, dan spiritual aktivitas
·         Evaluasi motivasi dan keinginan fasien untuk meningkatkan aktivitas
·         Manajemen Energi (NIC):
-       Tentukan penyebab keletihan (misalnya,perawatan,nyeri,dan pengobatan)
-       Pantau respons kardiorespiratori terhadap aktivitas (misalnya,takikardia ,disritmia lain, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik dan frekuensi pernafasan)
-       Pantau respons oksigen pasien (mislnya, denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi pernafasan) terhadap aktifitas perwatan diri atau aktifitas keperawatan
-       Pantau asupan nutrisi memastikan sumber-sumber energi yang adekuat
-       Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam
Aktivitas Kolaboratif 
·         Berikan pengobatan nyeri sebelum aktifitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab
·         Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (misalnya, untuk latihan ketahanan), atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau program aktifitas, jika perlu
·         Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan jiwa di rumah
·         Rujuk pasien ke layanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan perawatan rumah, jika perlu
·         Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan yang kaya energi
·         Rujuk pasien ke pusat rehabilitas jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung


(Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, hal 24-30)

Diagnose 3
Perencanaan
Outcome
Rencana Tindakan
(NOC)
Kriteria :
·         Mengindentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi (misalnya,informasi tentang diet)
·         Memperlihatkan kemampuan (sebutkan keterampilan atau prilaku)


(NIC)
Sub kegiatan

·         Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila di perlukan
·         Gunakan sebagai pendekatanpenyuluhan, redemonstrasi, dan berikan umpan-blik secara verbal dan tertulis
·         Penyuluhan : indivudu (NIC)
-       Bina hubungan saling percaya
-       Bangun kredibilitas sebagai guru, bila perlu
-       Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realitis dengan klien
-       Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
-       Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
-       Pilih materi pengajaran yang sesuai
-       Beri waktu kepada pasien untuk mengajukan beberapa pertanyaan dan mendiskusikan permasalahan nya
-       Dokumentasikan materi yang didiskusikan, materi tertulis yang diberikan, dan pemahaman pasien tentang informasi atau perilaku pasien yang memperlihatkan pembelajaran pada catatan medis permanen
-       Instruksikan keluarga atau orang terdekat, bila perlu
Aktivitas kolaboratif
·         Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dalam mempertahankan program terapi
·         Buat rencana pengajaran multidisipliner, sebutkan perencanaannya
·         Rencana penyesuaian dalam terapi bersama pasien dan dokter untuk mempailitasikemampuan pasien mengikuti program terapi


(Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, hal 440-448)



DAFTAR PUSTAKA

 

Ahern, J. M. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC.
M. Clevo Rendi, M. T. (2012). Asuhan Keperawatan Medical Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ns. Eko Prabowo, S. M. (2014). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. yogyakarta: Nuha Medika.
T. Heather Herdman, P. R. (2012). DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC.